Daftar Isi
Kesalahan penulis jurnal internasional yang paling sering dilakukan yaitu berbelit-belit. Padahal selain aspek kebahasaan, gaya bahasa yang to the point menjadi fokus serius para reviewer jurnal internasional. Penulis menjadi sering mengalami penolakan-penolakan maupun revisi peneliti dalam mempublikasikan artikel penelitiannya karena hal-hal tersebut. Adakah kesalahan-kesalahan penulisan yang lain?
Kesalahan Penulis Jurnal Internasional
Kesalahan dalam menulis jurnal internasional yang biasa dilakukan berikut biasanya menjadi fokus serius para reviewer jurnal internasional. Banyak orang mahir cara publikasi jurnal internasional, tetapi sering mengabaikan hal-hal berikut. Sehingga menjadi ‘sandungan’ peneliti dalam mempublikasikan artikel penelitiannya. Apa saja kesalahan-kesalahan penulisan tersebut?
1. Berbelit-belit
Jurnal sebagai karya ilmiah akademik seharusnya ditulis langsung ke intinya. Banyak penulis berbelit-belit dalam penyampaian ide. Sebuah artikel penelitian yang baik ditulis secara dedukti. Setiap paragraf mengandung satu ide pokok yang sebaiknya diletakkan sebagai kalimat awal, diikuti 3-5 kalimat pendukung. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya menulis kerangka artikel sehingga artikel lebih terarah straight to the point.
2. Pengulangan Berlebihan
Penulis sering terpeleset mengulang-ulang satu paragraf di beberapa bagian artikel. Meskipun kalimatnya sama, ide pokok paragrafnya sama. Hal ini tidak diizinkan oleh reviewer karena membuat jurnal tidak efektif.
3. Penggunaan Kalimat Tidak Penting
Gunakan kalimat penting saja yang menjelaskan hasil penelitian. Tidak perlu menjelaskan hal yang tidak perlu dijelaskan. Di dalam sebuah jurnal, fokusnya ada pada ide bukan seberapa banyak kata dan halaman. Gunakan kalimat efektif dengan kaidah yang sesuai.
4. Penggunaan Istilah Yang Salah
Penggunaan istilah yang salah sering yaitu penggunaan istilah-istilah dalam metode pembelajaran dan penelitian. Misalnya dalam bahasa Indonesia, model pembelajaran merujuk pada cara mengajar. Namun dalam bahasa inggris, tidak ada istilah “Learning Model” melainkan menggunakan istilah “Method / Strategy“.
Contoh lainnya adalah penggunaan istilah dalam penelitian korelasi dan eksperimen. Dalam penelitian korelasi, yang dicari adalah hubungan antar variabel tanpa adanya treatment. Sedangkan dalam penelitian eksperimen, peneliti memberikan perlakuan. Segala perubahan yang terjadi pada variabel penelitian disebabkan oleh perlakuan tersebut. Sehingga, penggunaan kata “efek (effect)” lebih tepat digunakan dalam penelitian eksperimen, dan hubungan (influence) pada penelitian korelasi.
5. Kesalahan Penerjemahan
Berdasarkan pengalaman, sekitar 90% naskah artikel dari penulis pada akhirnya kami rombak total. Bisa dimaklumi karena bahasa Inggris bukanlah bahasa negara kita sehingga pasti terdapat kesalahan-kesalahan mayor yang tidak bisa sekadar diperbaiki secara parsial. Menerjemahkan artikel untuk dipublikasikan di jurnal internasional bukan sekadar menerjemahkan kata-kata saja. Sudah dijelaskan sebelumnya, penerjemah harus menjiwai penelitian, mengerti dan memahami penelitian yang dituliskannya. Selain itu juga harus memiliki feeling and sense of language yang baik. Karena jika tidak, bisa saja hasil terjemahan merubah isi dari penelitian dalam artikel atau isi tidak tersampaikan.
Beberapa hal di atas merupakan 5 kesalahan penulis jurnal internasional yang harus dihindari agar artikel ilmiah segera diterbitkan dalam jurnal penelitian. Semoga membantu Anda untuk meningkatkan kualitas jurnal karya ilmiah yang Anda tulis. Untuk membuat karya penulisan ilmiah jurnal yang berkualitas, diperlukan pembelajaran yang terus menerus. Jika Anda memerlukan bantuan, Al-Ayaam Semarang juga menyediakan jasa publikasi jurnal internasional bereputasi.
Adhitya Chandra merupakan salah satu penulis di Alayaam Education yang juga seorang guru profesional, blogger, dan ahli di bidang penelitian pendidikan. Dia aktif menulis karya ilmiah dan berhasil mempublikasikan beberapa artikel hasil penelitian yang dapat Anda lihat di Google Scholar.