Metode Penelitian Deskriptif: Pengertian, Ciri, Kriteria, dan Jenis Penelitian Deskriptif

Metode penelitian deskriptif merupakan salah satu jenis metode penelitian yang banyak dipakai dalam memecahkan masalah-masalah penelitian. Metode deskriptif didefinisikan sebagai prosedur pemecahan masalah melalui penggambaran keadaan subjek atau objek penelitian yang dapat berupa orang, organisasi, masyarakat, atau lainnya, pada waktu tertentu berdasarkan fakta-fakta yang dapat diamati atau tampak apa adanya.

Pengertian Metode Penelitian Deskriptif

Para ahli menjabarkan berbagai pengertian metode deskriptif, antara lain:

  • Metode deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk meneliti status kelompok manusia, objek, set kondisi, sistem pemikiran, ataupun kelas peristiwa tertentu pada masa sekarang. Penelitian deskriptif bertujuan membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarfenomena yang diteliti (Nazir, 1988).
  • Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2005).
  • Metode deskriptif adalah suatu proses pencarian fakta melalui interpretasi yang tepat terhadap temuan-temuan objek maupun subjek yang diteliti (Whitney, 1960).

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian deskriptif merupakan sebuah cara meneliti yang berusaha menganalisis dan mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, atau kondisi subjek maupun objek yang diteliti yang terjadi pada saat sekarang secara sistematis, faktual, dan akurat.

Metode Penelitian Deskriptif

Ciri-Ciri Penelitian Deskriptif

Terdapat ciri-ciri yang khas pada sebuah penelitian yang mengadopsi metode deskriptif, antara lain:

  1. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian merupakan masalah aktual, atau yang sedang terjadi di masa sekarang.
  2. Fakta tentang permasalahan yang diselidiki digambarkan atau dideskripsikan apa adanya, dengan tambahan interpretasi rasional yang seimbang dari peneliti.
  3. Peneliti tidak hanya memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena yang tampak, tetapi juga menjelaskan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi, serta mampu mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang diteliti.

Kriteria Metode Deskriptif

Nazir (1988) menjelaskan adanya 2 kriteria pokok dalam sebuah metode penelitian deskriptif, yaitu kriteria umum dan kriteria khusus.

Kriteria Umum Penelitian Metode Deskriptif

  • Masalah yang dirumuskan harus layak, aktual, dan memiliki nilai ilmiah serta tidak terlalu luas.
  • Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas dan tidak terlalu umum.
  • Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya, bukan merupakan opini. Anda dapat memahami contoh analisis jurnal untuk dapat memperoleh informasi-informasi penting dalam sumber.
  • Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas.
  • Harus ada deskripsi yang jelas tentang tempat serta waktu penelitian.
  • Hasil penelitian harus dijabarkan secara detail, baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisis data, sampai dengan studi kepustakaan yang dilakukan.
  • Deduksi logis yang diuraikan harus jelas hubungannya dengan kerangka teoretis yang digunakan.

Kriteria Khusus Penelitian Metode Deskriptif

  • Prinsip-prinsip maupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value).
  • Fakta-fakta ataupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status.
  • Sifat penelitian metode deskriptif ex post facto, sehingga tidak memiliki kontrol terhadap variabel. Oleh karena itu peneliti tidak boleh mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel, variabel dilihat sebagaimana adanya.

Jenis Penelitian Deskriptif

Berdasarkan jenis masalah yang diteliti, teknik dan alat yang digunakan, serta seting dan tempat penelitian, Nazir (1988) membagi penelitian deskriptif menjadi 7 jenis, yaitu:

  1. Metode survei
  2. Metode dekriptif berkesinambungan
  3. Penelitian studi kasus (case study)
  4. Penelitian analisis pekerjaan dan aktivitas
  5. Penelitian tindakan (action research)
  6. Peneltian perpustakaan
  7. Penelitian komparatif

1. Metode Survei

Metode survei adalah sebuah penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada, serta mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 1988).

Metode survei merupakan cara meneliti yang dapat dilakukan pada sampel dalam sebuah populasi besar maupun kecil untuk memperoleh kejadian-kejadian relatif distribusi, dan hubungan antar variabel secara sosiologi maupun psikologis.

Survei sendiri pada dasarnya merupakan sebuah penelitian. Namun, survei dan penelitian (research) memiliki penekanan yang berbeda dalam hal ruang lingkup. Research berpusat hanya pada salah satu atau beberapa aspek dari objek yang diteliti, sedangkan survei bersifat menyeluruh. Survei kemudian dilanjutkan pada aspek tertentu apabila diperlukan studi yang lebih mendalam (Zulnaidi, 2007).

Lebih lanjut lagi Zulnaidi menjabarkan beberapa studi yang termasuk dalam metode survei yaitu:

  • Survei kelembagaan (institutional survey)
  • Analisis jabatan/pekerjaan (job analysis)
  • Analisis dokumen (documentary analysis)
  • Analisis isi (content analysis)
  • Survei pendapat umum (public oppinion survey)
  • Survey kemasyarakatan (community survey)

Terdapat beberapa penelitian yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei, antara lain survei masalah kemasyarakatan, survei komunikasi dan pendapat umum, survei masalah politik, dan survei masalah pendidikan (Nazir, 1988).

2. Metode Dekriptif Berkesinambungan

Metode deskriptif berkesinambungan atau continuity descriptive research diartikan sebagai kegiatan meneliti secara deskriptif atas suatu objek penelitian yang dilakukan secara terus menerus (Nazir, 1988). Penelitian yang mengadopsi metode deskriptif sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan sehingga diperoleh pengetahuan yang menyeluruh mengenai masalah, fenomena, dan kekuatan-kekuatan sosial yang diperoleh. Pengetahuan yang menyeluruh tersebut dapat diperoleh jika hubungan-hubungan fenomena dikaji dalam periode yang lama.

Artikel terkait: Konsep dan Penggunaan Penelitian Korelatif

3. Penelitian Studi Kasus (Case Study)

Penelitian studi kasus secara intensif berpusat pada satu objek tertentu, dengan cara mempelajari suatu kasus khusus. Kasus khusus ini dapat berasal dari berbagai unit sosial seperti kelompok murid dengan kelainan tertentu, kelompok keluarga yang bermasalah, kelompok anak berkebutuhan khusus, desa dengan masalah-masalah kependudukan, lembaga sosial dengan aktivitasnya, dan lain sebagainya. Kajian secara intensif dapat dilakukan secara menyeluruh maupun hanya pada aspek-aspek tertentu yang dinilai perlu mendapat perhatian khusus. (Zulnaidi, 2007)

Penelitian studi kasus juga dapat diartikan sebagai sebuah pengujian secara terperinci terhadap satu latar, atau satu orang subjek, atau satu tempat penyimpanan dokumen, atau satu peristiwa tertentu (Bogdan & Bikien, 1982).

Pendapat lain dari ahli menyatakan bahwa penelitian studi kasus adalah kajian ilmiah tentang status subjek penelitian yang berkaitan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Nazir, 1988). Studi kasus bertujuan memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat, serta karakter-karakter yang khas dari suatu permasalahan, yang kemudian dijadikan suatu hal yang bersifat umum.

Creswell (2007) membagi penelitian studi kasus menjadi 3 jenis berdasarkan karakteristik dan fungsinya, yaitu:

  1. Penelitian studi kasus mendalam
  2. Penelitian studi kasus instrumental
  3. Penelitian studi kasus jamak

Penelitian studi kasus memiliki langkah-langkah yang harus dilakukan penelitian untuk memperoleh hasil penelitian optimal. Menurut Yin (1994), terdapat 3 langkah dalam melakukan penelitian studi kasus yaitu:

  1. Merancang studi kasus, yang meliputi aktivitas-aktivitas persiapan penelitian seperti pembekalan pengetahuan dan keterampilan, serta pengembangan dan pengkajian ulang penelitian.
  2. Melakukan studi kasus, yang meliputi penentuan teknik pengumpulan data, penyebaran alat pengumpulan data, dan analisis data studi kasus yang terkumpul.
  3. Melakukan pengembangan, implikasi, dan saran, yang meliputi kegiatan pelaporan atau publikasi penelitian.

Lebih lanjut, Nazir (1988) menjelaskan langkah-langkah dalam melakukan studi kasus dalam 7 langkah pokok, yaitu:

  1. Menemukan rumusan tujuan penelitian.
  2. Menentukan unit-unit studi, sifat-sifat serta proses-proses apa yang akan menuntun penelitian.
  3. Menentukan rancangan serta pendekatan dalam memilih unit-unit dan teknik pengumpulan data mana yang digunakan serta sumber-sumber data apa yang tersedia.
  4. Mengumpulkan data.
  5. Mengorganisasikan informasi serta data yang terkumpul dan analisis untuk membuat interpretasi serta generalisasi.
  6. Menyusun laporan dengan memberikan kesimpulan serta implikasi dari hasil penelitian.

4. Penelitian Analisis Pekerjaan dan Aktivitas

Penelitian analisis pekerjaan dan aktivitas merupakan penelitian yang bertujuan menyelidiki secara rinci aktivitas dan pekerjaan manusia di mana hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang (Nazir, 1988).

5. Penelitian Tindakan (Action Research)

Penelitian tindakan (action research) adalah penelitian yang berfokus pada penerapan tindakan yang terencana yang bertujuan meningkatkan kualitas subjek yang diteliti maupun memecahkan permasalahan yang ada pada suatu kelompok subjek yang diteliti. Tindakan terencana tersebut kemudian diamati tingkat keberhasilannya atau dampak dari tindakannya. Penelitian tindakan memiliki dua tujuan utama, yaitu meningkatkan (improve) dan melibatkan (involve). Artinya, penelitian tindakan bertujuan meningkatkan pemahaman praktik peneliti, dan meningkatkan kualitas situasi tempat penelitian tindakan dilaksanakan. Penelitian tindakan juga berusaha melibatkan pihak-pihak terkait. Apabila penelitian tindakan dilaksanakan di sekolah, maka pihak terkait antara lain adalah kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, dan orang tua siswa (Grundy & Kemmis, 1990). Penelitian ini sering digunakan oleh para guru atau para peneliti di bidang pendidikan yang lebih dikenal sebagai Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) atau PTK. Penelitian tindakan kelas memiliki model yang digunakan berupa siklus seperti pada gambar berikut.

Metode Penelitian Deskriptif - Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Gambar di atas menjelaskan bahwa penelitian tindakan merupakan sebuah siklus yang akan selalu berputar. Apabila hasil yang diperoleh pada siklus yang telah dilakukan belum sesuai dengan tingkat keberhasilan atau dampak tindakan yang diharapkan, peneliti dapat melanjutkan pada siklus yang kedua, ketiga, dan seterusnya dengan langkah-langkah yang sama sampai tingkat atau dampak tindakan tercapai.

6. Peneltian Perpustakaan

Penelitian perpustakaan merupakan kegiatan mengamati berbagai literatur yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang diangkat baik itu berupa buku, makalah, ataupun tulisan yang sifatnya membantu sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam proses penelitian. Penelitian perpustakaan bertujuan mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang ada di perpustakaan, hasilnya dijadikan fungsi dasar dan alat utama bagi praktik penelitian di lapangan.

7. Penelitian Komparatif

Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan (Sugiyono, 2005). Nazir (1988) menjelaskan kelebihan dan kelemahan metode penelitian komparatif.

Kelebihan Penelitian Komparatif

  1. Metode komparatif dapat mensubtitusi metode eksperimental apabila: (1) sukar diadakan kontrol terhadap salah satu faktor yang ingin diketahui atau diteliti hubungan sebab akibatnya; (2) teknik untuk mengadakan variabel kontrol dapat menghalangi penampilan fenomena secara normal ataupun tidak memungkinkan adanya interaksi secara normal; (3) tidak memungkinkan penggunaan laboratorium untuk penelitian karena alasan tertentu.
  2. Penelitian komparatif dapat melakukan pengukuran terhadap parameter-parameter hubungan kausal secara lebih efektif dengan adanya teknik dan alat statistik yang lebih maju.

Kelemahan Penelitian Komparatif

  1. Penelitian komparatif yang bersifat ex post facto, mengakibatkan penelitian komparatif tidak mempunyai kontrol terhadap variabel bebas
  2. Sukar memperoleh kepastian terhadap faktor-faktor penyebab suatu hubungan kausal yang diselidiki.
  3. Sukar mengetahui interaksi antar faktor-faktor tunggal sebagai penyebab atau akibat terjadinya suatu fenomena.
  4. Ada kalanya dua atau lebih faktor memperlihatkan adanya hubungan, tetapi belum tentu menunjukkan hubungan sebab akibat.
  5. Mengkategorisasikan subjek dalam dikotomi untuk tujuan perbandingan dapat menjurus pada pengambilan keputusan dan kesimpulan yang salah, akibatnya kategori dikotomi yang dibuat mempunyai sifat kabur, bervariasi, samar, menghendaki value judgement, dan tidak kokoh.

Menurut Nazir (1988) terdapat beberapa langkah dalam sebuah studi komparatif, yaitu:

  1. Perumusan dan pendefinisian masalah;
  2. Studi literatur yang ada;
  3. Perumusan kerangka teoritis dan hipotesis-hipotesis serta asumsi-asumsi yang dipakai;
  4. Pembuatan rancangan penelitian dengan cara memilih subjek yang digunakan dengan teknik pengumpulan data yang diinginkan, serta mengkategorikan sifat-sifat atau atribut-atribut atau hal-hal lain yang sesuai dengan masalah yang ingin dipecahkan, untuk mempermudah analisis sebab akibat;
  5. Pengujian hipotesis, membuat interpretasi terhadap hubungan dengan teknik statistik yang tepat;
  6. Penyusunan generalisasi, kesimpulan, serta implikasi kebijakan;
  7. Penyusunan laporan dengan sistematika penulisan karya ilmiah.
Hubungi Jasa Skripsi dan Jurnal

Demikian pembahasan tentang metode penelitian deskriptif yang secara spesifik membahasa pengertian, ciri, kriteria, dan jenis penelitian deskriptif. Semoga pembahasan tersebut dapat membantu Anda dalam menyelesaikan skripsi, tesis, maupun karya ilmiah lain dengan lebih baik. Jika Anda membutuhkan bantuan jasa pembuatan skripsi maupun karya ilmiah lain, hubungi Al-Ayaam untuk mendapatkan pelayanan profesional dari kami.

Referensi:

Bogdan, R. C. & Biklen, K. S. 1982. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston London: Allyn and Bacon, Inc.

Creswell, J. W. 2007. Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Five Approaches, 2nd Eds. California: Sage Pubs.

Grundy, S. & Kemmis, S. 1990. Educational Research in Australia: The State of the Art (an Overview). Dalam S. Kemmis & R. McTaggart (Eds.). The Action Research Reader. Victoria: Deakin University.

Nazir, Moh. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Whitney, F. L. 1960. The Elements of Research, Asian Eds. Osaka: Overseas Book Co.

Yin, R. K. Discovering the Future of the Case Study. Method in Evaluation Research. Evaluation Practice. 1994;15(3):283-290.

Zulnaidi. 2007. Metode Penelitian. Medan: Fakultas Sastra Universitas Sumatera
Utara.